The-Maczman.com, Makassar - Almarhum Ansar Razak memang telah tiada, namun nama besar sebagai kapten PSM Makassar tidak pernah hilang di ingatan para suporter PSM. Gaya bermainnya yang keras tapi tidak kasar menjadikan Ansar Razak menjadi pemain yang ditakuti lawan. Dedikasi dan loyalitas pada tim daerah asalnya menjadi nyawa permainan untuk selalu tampil ngotot dan pantang kalah.
"Almarhum bermain tanpa kompromi dalam setiap pertandingan. Sewaktu saya masih bermain di Pelita jika berhadapan dengan PSM pasti was-was kalau bertemu (Alm.) Ansar Razak", ujar Bima Sakti, andalan timnas garuda pada masa itu bersama Ansar Razak.
Gaya bermain yang tanpa kompromi menjadikan Ansar Razak dipanggil membela timnas pada Piala Asia 1996 di Abu Dhabi. Kala itu timnas mencatat sejarah pertama kali bermain di putaran final Piala Asia. Ansar Razak dipanggil timnas bersama sahabat karibnya di PSM Yeyen Tumena.
"Almarhum seorang gelandang pekerja keras (pengangkut air). Tidak pernah mengeluh apapun situasinya, licik, dan pintar. Hal ini membuat kami berdua dipanggil Timnas Piala Asia 1996 di Abu Dhabi", ujar Yeyen Tumena, sahabat Anzar Razak.
Luciano Leandro yang juga pernah bermain bersama Ansar Razak mengagumi mental dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki Ansar Razak.
"Dia seorang yang saya hormati. Sebagai pemain dia punya mental yang kuat dan selalu memberi semangat untuk kita semua di lapangan. Dia kalau masuk lapangan selalu memberikan nyawa untuk PSM menang", ujar Luciano Leandro ketika dihubungi via pesan WhatsApp.
Ansar Razak tak pernah lelah berlari selama pertandingan. Rasa tanggung jawab yang tinggi membuatnya tak rela jika lawan menguasai bola di area yang dikawalnya. Bahkan tak segan Ansar Razak menjegal lawan dengan keras jika berani bermain-main dengannya.
Karakternya yang kuat membuat Ansar Razak menjadi banyak idola suporter kala itu. Mungkin karena pengaruhnya, beberapa generasi gelandang asal Makassar, seperti Syamsul Chaeruddin, Rasyid Bakri, Asnawi Mangkualam, dan Arfan mempunyai karakter keras sepertinya.
Lembut dan Humoris di Luar Lapangan
Sosoknya yang keras di atas lapangan tidak menjadikannya sebagai pribadi yang dibenci. Di luar lapangan, Ansar Razak sangat lembut dan humoris. Pembawaan yang membuatnya mudah berteman dengan siapa saja.
"Dia kalau marah ya marah, tapi setelah itu sudah (tidak marah lagi). Dia bukan tipe pendendam", ujar Ansar Abdullah salah satu kiper legenda PSM Makassar yang sempat bermain bersama Ansar Razak.
"Almarhum sudah saya anggap saudara sendiri. Dia yang selalu sekamar dengan saya, setiap malam mengajari saya bahasa Makassar sampai saya bisa. Bahkan saya ikut acara keluarganya dimanapun.", ujar Yeyen Tumena.
Sosok Ansar Razak yang humoris juga banyak dikenang oleh para pemain yang pernah bersamanya. Bima Sakti dan Yeyen Tumena punya banyak kisah lucu bersamanya.
"Ada pengalaman lucu waktu kita nonton Serie A di Italia. Almarhum ditahan di stadion karena bawa buah apel yang disangka bom. Almarhum juga pernah ditahan di bandara karena disangka Saddam Husein karena kumisnya yang tebal", kenang Bima Sakti.
Yeyen Tumena yang memaksa Almarhum untuk ikut Timnas, bahkan Yeyen mesti rela pulang ke Makassar khusus untuk menjemput Ansar Razak bergabung.
"Kami sempat TC bersama di Italia. Dia orang yang tidak kuat kedinginan, jadi baru serasa hidup di dalam kamar karena ada pemanas ruangan. Banyak kenangan manis bersama Almarhum", tutur Yeyen Tumena.
"Tak Ada yang Bisa Menghalangi Saya Pulang"
30 Desember 1998 dinihari bersamaan dengan hujan deras menjadi hari berpulang Ansar Razak ke Sang Pencipta. (Alm.) Ansar Razak meninggal dalam kecelekaan lalu lintas setelah mobil yang dikendarainya ditabrak di sekitar Panaikang Jalan Urip Sumiharjo Makassar. Saat itu, Almarhum hendak santap sahur di kediaman keluarganya di Antang.
Sahabatnya Yeyen Tumena dan mantan kekasih Ansar Razak kala itu Indriani Nathalia Masengi mengisahkan hari-hari terakhirnya bersama Alm. Ansar Razak kepada The Macz Man.
"Malam sebelum Almarhum meninggal (29/12/1998), kami berdua makan sate di Jl. Gunung Merapi. Almarhum meminjam motor Gatot (Yuniarto Budi), padahal biasanya memakai mobil pribadinya. Setelah makan saya diantar pulang. Karena cuaca hujan deras, keluarga menyarankan untuk menginap santap sahur. Tapi Almarhum bersikeras untuk pulang sambil berkata "Tidak ada yang bisa menghalangi kalau saya mau pulang"", ujar Indri sapaan akrab kekasih Ansar Razak kala itu.
Setelah mengantar kekasihnya, Ansar Razak kembali ke mess PSM untuk mengambil mobilnya. Almarhum menyempatkan diri untuk bermain game bersama teman sekamarnya Yeyen Tumena dan Yuniarto Budi.
"Almarhum sempat tidur dan meminta untuk dibangunkan saat sahur untuk pulang ke rumahnya di Antang. Sebelum tidur disamping saya, dia menutupi semua badannya pakai sprey putih lalu tidur. Sebelum pamit untuk pulang kerumahnya, dia sempat berputar tiga kali di mobilnya kemudian masuk ke kamar tanpa bicara apapun dan langsung pergi saat hujan masih deras", ujar Yeyen Tumena.
Saat itulah kecelakaan merenggut nyawa Sang Kapten. Penanganan di Rumah Sakit tidak mampu menolong seorang pesepakbola yang memang tak ingin dihalangi untuk pulang. Bukan hanya sahabat dekatnya di PSM dan sang kekasih yang menangisi kepergiannya. Seluruh suporter dan masyarakat ikut meratapi kepergiannya.
Esok harinya seluruh media cetak mengabarkan kepergian Ansar Razak sebagai headline berita. Kliping koran kejadian saat itu masih disimpan rapi oleh Indri bersama foto-foto Almarhum Ansar Razak.
Dia memang telah pergi dengan meninggalkan nama besar dan kejayaan yang dikenang turun-temurun. Selamat jalan Sang Kapten, semoga engkau mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Al-Fatihah satu-satunya alat kami untuk terus mendukungmu. Amin.
Dokumentasi yang masih disimpan Indriani Nathalia Masengi :
(Alm) Ansar Razak ketika menjalani TC di Genoa, Italia.
Indri bersama perwakilan The Macz Man melakukan Ziarah Kubur (Alm) Ansar Razak beberapa hari lalu.
Komentar